Kebutuhan daging di Indonesia terus mengalami peningkatan baik dari segi jumlah maupun mutu. Hal ini sejalan dengan meningkatnya populasi masyarakat dan tingkat kesadaran akan pentingnya peran protein hewani. Pemerintah memperkirakan kebutuhan daging impor pada tahun 2022 mencapai kira-kira 266.065 ton. Untuk mencapai ini diperlukan peningkatan produksi ternak yang salah satunya adalah dengan meningkatkan populasi ternak. Babi merupakan salah satu jenis ternak potong yang sudah beradaptasi dengan lingkungan di daerah tropis. Hal ini tercermin dari tingginya tingkat reproduksi karena babi bersifat prolifik yaitu dapat menghasilkan anak yang cukup banyak dalam satu kali kelahiran. Di samping itu babi punya sifat yang tidak terlalu selektif terhadap pakan yang tersedia, sehingga babi sangat berpotensi untuk ditingkatkan produktifitasnya. Babi juga mempunyai nilai karkas dan kualitas daging yang cukup baik sehingga dapat diharapkan sebagai primadona penyedia daging di masa depan. Usaha peternakan babi merupakan usaha yang sudah dilakukan dalam kurung waktu yang cukup lama di Indonesia. Peternakan babi di lapangan menunjukkan skala usaha sangat beragam.
Beberapa daerah tempat berkembangnya peternakan babi adalah Tapanuli Utara, Nias, Toraja, Nusa Tenggara Timur, Bali, Kalimantan Barat, dan Papua, ternak babi dipelihara hanya sebagai sambilan usaha keluarga. Babi yang dipelihara umumnya dari jenis local dan dipelihara secara dilepas atau semi dikurung dan diberikan pakannya berupa limbah dapur dan limbah pertanian, sehingga produktivitasnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Tapi di seluruh Indonesia juga banyak dipelihara jenis ternak babi yang lain seperti Sadelback dan Landris. Ternak babi yang dipelihara secara intensif akan dapat menghasilkan produksi daging yang baik harus dijalankan dengan manajemen yang baik. Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan usaha ternak babi terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu ketersediaan bibit yang unggul, dan tata laksana pemeliharaan yang meliputi perkandangan, kebersihan kandang, pemeliharaan indukan, anak babi, ternak babi jantan, babi usia tumbuh, dan penanganan hasil produksi sebagai usaha pengolahan lanjutan. Menyikapi akan fenomena tersebut, Credit Union Sauan Sibarrung (CUSS) Tempat Pelayanan Rembon mengadakan pelatihan pembuatan pakan fermentasi untuk anggota. Pelatihan tersebut berlokasi di lembang Tiroan, Kecamatan Bittuang, Kab. Tana Toraja, dan di hadiri 20 orang anggota yang sebagiannya tergabung dalam kelompok usaha binaan. Marianus Roby sebagai pemateri dalam pelatihan tersebut juga merupakan seorang praktisi peternakan babi sehingga selain memberikan kelas teori, juga ada kelas praktikum dengan memadukan pengalaman selama menggeluti usaha ternak babi. Harapan dari CUSS semoga setelah kegiatan ini, anggota mampu beternak babi secara efektif dan efisien dan menjadi sumber pendapatan yang mana secara tidak langsung mendukung program pemerintah dalam ketahanan pangan Nasional. (rst/lw)
Mon | Tue | Wed | Thu | Fri | Sat | Sun |
---|---|---|---|---|---|---|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
| ||
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
24
|
25
|
26
|
27
|
28
|